Kemarau Basah Ancam Usaha Garam Rakyat

Hujan yang masih turun hingga pertengahan bulan April ini, dikhawatirkan mengganggu proses pembuatan garam yang mulai dipersiapkan oleh petani garam.

Turunnya hujan yang berlarut-larut di awala musim kemarau dapat mengakibatkan terjadinya kemarau basah seperti yang terjadi tahun 2010 lalu yang menyebabkan usaha garam rakyat terpuruk. Saat itu, produktivitas turun tajam bahkan mencapai 84%.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Dinperindagkop dan UMKM) Kabupaten Rembang Munthoha melalui Kepala Bidang Perindustrian Sudirman menjelaskan, produktifitas garam rakyat pada tahun 2010, merupakan catatan sejarah terburuk hasil industri garam di Kabupaten Rembang.

"Saat itu, produksi garam hanya mencapai sekitar 20 ribu ton atau turun 84% dari produktivitas tahun 2009 yang menembus 143.7533 ton," terangnya, pekan lalu.

Akibatnya, tambahnya, terjadi kelangkaan garam di kabupaten Rembang. "Untuk mencukupi kebutuhan, terpaksa mendatangkan dari Madura bahkan ada yang mengimpor dari Australia," tegasnya.

Lantaran produksi turun, imbuhnya lagi, kelangkaan garam juga dirasakan kalangan industri, seperti usaha garam konsumsi, perbekalan melaut nelayan, pengolahan hasil perikanan serta usaha makanan.

"Harga dipasaran pun melonjak cukup tajam mencapai lebih dari 200%, semula kisaran Rp 400 mencapai level Rp 1.200 per kilogram."

Ia berharap tahun ini tidak terjadi anomali cuaca karena Kabupaten Rembang telah ditunjuk sebagai pelaksana program nasional swasembada garam konsumsi 2012. Diprediksi jika cuaca stabil, pada saat kemarau nanti usaha garam rakyat akan berjalan normal dengan masa efektif produksi 4,5 bulan, mulai Juni hingga pertengahan Oktober mendatang.
            
Ditambahkannya, hingga minggu pertama bulan April, stok garam berkisar 19 ribu ton dari produktivitas tahun 2011 sebesar 112 ribu ton.

"Luas lahan tambak garam tahun lalu terdata 1.584,42 hektar, diproduksi selama 4 bulan mulai Juli hingga Oktober. Saat ini, harga garam di pasaran untuk K1 berkisar Rp 700, sedangkan K2 Rp 650," tambahnya.

Dinperindagkop dan UMKM Rembang bersama Dinas Kelautan dan perikanan (Dinlutkan) Kabupaten Rembang tahun ini bertekad untuk mengoptimalkan kuantitas produksi garam rakyat dengan mengoptimalkan lahan.

Tercatat, lahan potensial tambak garam mencapai 1.654,79 hektar. Semantara tahun lalu areal tambak yang digunakan untuk produksi hanya seluas 1.584, 42 hektar.

"Untuk mendorong peningkalatan produksi, lahan yang selama ini belum teroptimalkan akan dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga produktivitas tahun ini bertambah dari sebelumnya," pungkasnya. (Rom)

Comments

Popular posts from this blog

Sayyid Hamzah as-Syato, Penyebar Islam di Sedan

Segarnya Siwalan dan Legen Sulang

Jual Mukena Shalat Berkualitas