Konseling Orang Tua Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Terkendala Anggaran

Minimnya ketersediaan anggaran, membuat pelatihan konseling bagi orang tua anak berkebutuhan khusus (ABK) yang dilakukan oleh lembaga terkait kurang optimal. Akibatnya, banyak keluarga pengampu anak berkebutuhan khusus tidak tersentuh kegiatan konseling yang sangat bermanfaat untuk membantu mengurangi beban persoalan yang mendera mereka.

Demikian dikatakan Rusmiati, Kepala Bidang  Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) pada kantor Pemberdayaan Mayarakat, Perempuan dan Keluarga berencana (BPMPKB) Kabupaten Rembang, Senin (5/3), di ruang kerjanya.

“Selama ini, pandangan negative dari lingkungan terhadap ABK dan keluarganya merupakan tantangan terbesar selain kecacatan yang disandang oleh ABK itu sendiri dan dampaknya dirasakan langsung oleh yang bersangkutan beserta keluarganya. Karenanya, mereka sudah sepatutnya mendapatkan bimbingan konseling untuk mengurangi beban yang ditanggung,” katanya.

Hanya saja, tambahnya, minimnya anggaran mengakibatkan tidak semua keluarga pengampu anak berkebutuhan khusus tersentuh kegiatan bimbingan dan konseling.

“Jumlah anggaran yang dialokasikan  masih sangat kurang dibanding jumlah anak penyandang kebutuhan khusus yang ada. Ini kendala utama yang kami hadapi selama ini,” tambahnya.

Ia mengatakan, pada tahun ini pemerintah hanya mengalokasikan dana Rp10 juta untuk kegiatan bimbingan dan konseling bagi orang tua anak berkebutuhan khusus.

“Padahal, berdasarkan data tahun 2008 saja, jumlah anak penyandang kebutuhan khusus di Kabupaten Rembang mencapai tiga ratusan. Dengan dana itu kami hanya mampu melakukan konseling di beberapa wilayah kecamatan,” tambahnya.

Ia menambahkan, dalam melakukan kegiatan konseling, pihaknya menggandeng tenaga ahli dari pihak luar sebagai konselor.

“Tidak semua orang bisa memberikan konseling kepada mereka. Untuk itu kami melibatkan tenaga ahli sebagai tenaga konselor. Sumber dana yang ada kita gunakan untuk honor konselor, pembelian alat bantu bagi ABk sesuai kebutuhan, serta pembiayaan lain salah satunya untuk uang transport peserta konseling,” tandasnya.

Ditambahkannya, pada tahun ini pihaknya hanya fokus melakukan kegiatan konseling di Kecamatan Sale dan Bulu.

“Karena keterbatasan anggaran, untuk sementara kegiatan dilakukan di dua kecamatan tersebut. Untuk wilayah lainnya baru sebatas pengagendaan,” tambahnya.

Ia berharap, pemerintah akan mengalokasikan angaran yang lebih besar agar kegiatan bimbingan dan konseling dapat menyentuh lebih banyak ABK dan keluarganya.

“Dengan ketersediaan anggaran yang memadai bimbingan dan konseling dapat menyentuh lebih banyak ABk dan keluarganya. Dengan konseling diharapkan para keluarga pengampu ABK memperlakukan mereka layaknya anak normal lainnya sehingga mereka tidak semakin terkucil. Dengan demikian, ABK akan terpacu untuk mampu mengatasi hambatan yang dialaminya dan mampu hidup mandiri sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya,” pungkasnya. (Rom)

Comments

Popular posts from this blog

Sayyid Hamzah as-Syato, Penyebar Islam di Sedan

Jual Mukena Shalat Berkualitas

KM Nekad Tenggelam, 28 ABK Lolos dari Maut