Harga Sapi Anjlok, Petani Resah

Rembang - Memelihara hewan ternak, bagi sebagian besar petani di Rembang adalah “wajib” hukumnya. Pasalnya, selain sebagai bentuk investasi, hewan ternak terutama sapi juga berfungsi sebagai  “mesin hidup” untuk membajak sawah.

Petani Rembang menyebut sapi dengan istilah rojo koyo, yang berarti rajanya kekayaan. Banyak sedikitnya rojo koyo, merupakan penanda kemapanan seorang petani. Semakin banyak mereka memelihara sapi, dapat dipastikan semakin mapan pula kehidupan seseorang. Begitu juga sebaliknya.

Sayang, sapi yang di istilahkan sebagai rojo koyo, tak selalu memiliki harga jual tinggi. Anjloknya harga sapi di pasaran, belakangan ini, membuat para petani resah.

Menurut Sioh, salah satu petani asal Sulang, Rembang, harga sapi saat ini berada pada titik nadhir. Ia mencontohkan, dua tahun silam ia membeli betina sedang seharga enam jutaan. Tapi saat ini, betina yang sudah dipeliharanya selama dua tahun dengan kondisi yang lebih baik dan lebih gemuk, hanya laku dijual empat juta.

“Benar-benar sulit. Nasib petani tambah terpuruk dengan harga ternak sapi yang anjlok. Padahal sapi merupakan satu-satunya andalan kami untuk mencukupi kebutuhan besar yang mendadak,” ungkapnya.

Hal sama juga diungkapkan Subedi, petani asal Gunem, Rembang. Ia mengaku terpaksa harus menjual ternaknya meski dengan harga murah karena anaknya minta dkhitan.

“Harus bagaimana lagi, meski murah ya tetep harus dijual untuk biaya khitan anak. Cari pinjaman juga sulit ya terpksa jual sapi, Mas!” ungkapnya polos.

Penuturan Sioh dan subedi, merupakan realita petani kecil di lapangan. Umumnya, petani di rembang mengandalkan hasil penjualan yternak sapinya untuk menutup kebutuhan besar yang sifatnya mendadak missal; modal bercocok tanam, hajatan pernikahan, khitanan, berobat, dll.

Namun, karena harga yang tak bersahabat, para petani semakin tercekik. Mereka dihadapkan pada keadaan yang sulit. Menutup kebutuhan dengan menjual ternak meski dengan harga yang dibawah standar ? Atau nekat tak menjual ternaknya dengan konsekwensi hajat kebutuhan yang sangat penting menjadi terabaikan?

Lantas siapa yang harus bertanggung jawab dengan anjloknya harga ternak sapi di pasaran?

Yang jelas, harga daging di apasaran relatif lebih stabil. Bisa jadi ini merupakan ulah para spekulan pasar yang sengaja mempermainkan harga ternak demi keuntungan besar. Atau bisa jadi karena faktor lain yakni kebijakan pemerintah yang tak berpihak pada kepentingan Wong Cilik dengan membuka kran impor untuk pengadaan daging dan sapi nasional.

Para petani saat ini hanya berharap, semoga harga ternak sapi kembali normal sehingga sapi benar-benar menjadi rojo koyo yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga mampu menjadi jurus andalan untuk menopang kebutuhan mereka. (Muhtarom)

Comments

Popular posts from this blog

Sayyid Hamzah as-Syato, Penyebar Islam di Sedan

Segarnya Siwalan dan Legen Sulang

Jual Mukena Shalat Berkualitas