Pupuk Langka, Petani Pusing

langka1Hampir setiap tahun, kondisi sulit ini terus dialami oleh para petani. Tiap musim penghujan sebagai penanda musim tanam tiba, keberadaan pupuk di pasaran menjadi sangat langka. Misal ada, toh jumlahnya sangat terbatas dengan harga yang melangit.

Sepertinya, petani masih saja menjadi obyek empuk pihak-pihak yang tak bertanggung jawab. Kesulitan memenuhi kebutuhan pupuk dialami oleh sebagian besar petani di Kabupaten Remabang.



Mbah Kandari misalnya. Petani asal Bulu ini mengaku puyeng lantaran belum mendapatkan pupuk untuk tanaman jagungnya yang memasuki masa pertumbuhan. Karena belum mendapatkan pupuk, ia membiarkan tanaman jagungnya menguning. “Pupuke angel golekane mas. Wes mrono-mrene nyatane yo ora entuk,” terangnya.

Hal sama juga dialami Maji, petani asal Sumber. Sulitnya mendapatkan pupuk, membuat tanaman gogo rancahnya, menjadi tak normal dan penyakitan. Dia tak tahu lagi kemana harus mencari pupuk untuk tanamannya. “Petani kebagian susah, saatnya memupuk tanaman, eh pupuk hilang dari pasran,” ujarnya polos.

Faiz, salah satu petani asal Gunem, mengaku juga mengalami nasib sama Ia mengaku hingga saat ini belum memupuk tanaman padinya lantaran kesulitan mendapatkan pupuk urea. Padahal ia telah menjari di poengecer-peengecer resmi hingga ke toko-toko pertanian. “Repot mas, kesana kemari, stok masih kosong. Harus nunggu dulu,” celotehnya.

Di kelompok-kelompok tani, ketersediaan pupuk pun sangat terbatas. Stok yang ada tak mampu mencukupi kebutuhan anggotanya. Mencari pupuk di pengecer resmi, sulitnya juga amit-amit. Keterlambatan pengiriman menjadi alasan dan lagu wajib untuk menampik pembeli. Pupuk benar-benar menjadi barang antik yang langka.

Tiap tahun, petani menjadi obyek empuk pihak-pihak yang ingin meraup untung diatas jeritan petani. Pernyataan pemerintah yang mengatakan pupuk dalam kondisi aman untuk meencukupi kebutuhan petani, sepertinya isapan jempol belaka.

Nyatanya, dari tahun ke tahun petani harus repot mencukupi kebutuhan pupuk untuk tanamannya. Bagaimana pemerintah mampu mengangkat kesejahteraan petani jika memenuhi kebutuhan pupuk untuk petani saja belum terwujud.

Hilangnya pupuk di pasaran disinyalir adanya ulah para tengkulak yang ingin memonopoli peredaran di pasran. Dengan demikian harga pupuk dapat melejit tinggi. Pada hal, pemerinah telah menentukan HET (harga eceran tertinggi) untuk pupuk.

Tapi benarkah itu dapat dilaksnankan? Di pasaran yang lebih dominan adalah hukum jual beli. Jika permintaan banyak sedangkan stok yang ada sangat terbatas, sudah pasti harga akan melonjak fantastis dengan sendirinya. Biasanya, dalam kondisi kepepet, berapapun harga pupuk petani akan membelinya daripada harus menanggung resiko gagal panen lantaran tanaman ynag tak terpupuk dengan cukup. Kasihan petani!

Comments

Popular posts from this blog

Sayyid Hamzah as-Syato, Penyebar Islam di Sedan

Segarnya Siwalan dan Legen Sulang

Jual Mukena Shalat Berkualitas