Kenaikan Pupuk Urea Ancam Penurunan Panen

Naiknya harga pupuk urea dari Rp1.600 menjadi Rp1.800 per kilogram (kg) dikhawatirkan bakal memengaruhi produksi padi. Pasalnya, ada kemungkinan besar petani menurunkan konsumsi pupuk sehingga hasil panen tidak maksimal.

Hal itu diungkapkan Sutrisno, salah satu petani asal Desa Sulang Kecamatan Sulang, Jumat (13/1).

"Memang naiknya hanya Rp200 per kg. Sehingga kalau setiap hektare kebutuhan pupuk mencapai 300 kg, maka petani hanya menambah Rp60 ribu. Namun demikian, bagi petani uang Rp60 ribu itu sangat berarti. Tidak menutup kemungkinan mereka akan mengurangi konsumsi pupuk," katanya.

Kenaikkan harga ini memang cukup memberatkan petani. Apalagi, kondisi keuangan petani saat ini telah terkuras untuk biaya mengolah lahan dan tenaga kerja.

"Saat ini harga pupuk sudah naik, harganya mencapai Rp 93 ribu per sak 50 kg. Mau tidak mau tetap saya beli, karena baru membutuhkan. Kalau nanti uangnya mepet, maka kami akan mengurangi konsumsi pupuk," tambahnya.

Petani lainnya, Parmin, asal Gunem, mengatakan beberapa petani di desanya banyak yang mengurangi penggunaan pupuk karena kenaikan harga yang mencapai Rp10 ribu per sak isi 50 Kg.

"Mau tidak mau petani menggunakan pupuk semampunya. Idealnya satu hektare membutuhkan pupuk 300 Kg atau enam sak. Namun karena tak memiliki banyak uang untuk membeli pupuk, ya apa boleh buat,  mupuknya semampunya saja," katanya.

Meski pemerintah mengklaim kenaikan harga pupuk urea bersubsidi sebesar Rp200 per kg tidak akan membebani petani, karena harga jual gabah juga mengalami kenaikan, namun di lapangan, petani banyak yang resah karena dihantui hasil panenan yang tak maksimal lantaran pemupukan yang tidak ideal. (Rom)

Comments

Popular posts from this blog

Sayyid Hamzah as-Syato, Penyebar Islam di Sedan

Jual Mukena Shalat Berkualitas

Segarnya Siwalan dan Legen Sulang