Harga Jagung Anjlok, Petani Resah

Petani jagung di Kabupaten Rembang resah menyusul anjloknya harga komoditas tersebut sepekan terakhir. Anjloknya harga jagung dipicu melimpahnya jumlah panenan seiring datangnya musim panen jagung di kabupaten itu.

Harga jagung kering pipil petani hanya mampu meembus kisaran Rp1.800 hingga Rp2.000 per kilogram. Harga tersebut menurun drastis dari harga sebelumnya yang mencapai Rp 2.500 hingga Rp3.000 perkilogram sebelum panen raya terjadi.

Sejumlah petani pun mengeluhkan kondisi tersebut karena penghasilan yang didapat tidak sebanding dengan besarnya biaya produksi yang mereka keluarkan.

Abdul (33), petani palawija Desa Kadiwono Kecamatan Bulu mengatakan, jagung kering pipil hasil panenannya hanya laku Rp1.900 per kilogram dibeli oleh pengepul setempat. Hal tersebut membuat penghasilan yang diterimanya menjadi sangat minim mengingat biaya produksi yang dikeluarkan membengkak lantaran naiknya harga pupuk bersubsidi serta naiknya upah tenaga kerja.

“Dengan harga segitu, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Anjloknya harga jagung membuat  penghasilan kami menurun drastis sehingga kami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan yang sudah terjadwalkan,” katanya, Jumat (24/2).

Hal sama juga dikatakan Suyadi (35), petani asal Desa Sulang Kecamatan Sulang. Menurutnya, anjloknya harga jagung lebih disebabkan ulah para tengkulak yang leluasa mempermainkan harga di tingkat petani lantaran melimpahnya stok panenan.

"Selamnaya petani yang menjadi korban. Sebelum panen harga jagung relatif stabil dan berada di kisaran Rp 2.500 per kilogramnya. Namun begitu petani saatnya panen, harga dengan serta merta menurun drstis. Ini akan menambah sulit nasib petani yang memang sudah sulit," katanya.

Ia menambahkan, biaya produksi untuk tanaman jagung mengalami kenaikan lantaran naiknya harga pupuk bersubsidi.

"Selain itu, biaya perawatan juga mengalami peningkatan karena upah tenaga keja yang naik. Belum lagi biaya untuk pembelian pestisida untuk mengendalikan hama. Dengan menurunnya harga jagung, hasil panenan hanya mampu menutup biaya produksi. Jika ada lebih, jumlahnya pun snagat minim," tambahnya.


Hal senada juga diungkapkan Peno (38) petani asal desa Trembes, Kecamatan gunem. Menurutnya,  harga jual hasil panen saat ini sangat tidak memuaskan karena harga jagung merosot tajam.

"Panenan bagus, hanya harganya yang sangat merugikan petani. Jika ini terus terjadi, maka penyanyi akan selalu merugi," katanya. (Rom)

Comments

Popular posts from this blog

Sayyid Hamzah as-Syato, Penyebar Islam di Sedan

Segarnya Siwalan dan Legen Sulang

Jual Mukena Shalat Berkualitas