Pojok Misteri; Harta Karun di Lapangan Adon Ayam

Hamparan tanah di Desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur, Rembang dipercaya sebagai lapangan Adon Ayam. Tempat tersebut diyakini warga sekitar sebagai tempat dimana Sunan Bonang dan Bracak Ngilo pernah beradu kesaktian.

 

Konon, mereka menyabung ayam dengan taruhan kepercayaan masing-masing. Ayam sabung tersebut dijadikan media untuk menguji kesaktian dua tokoh sakti mandra guna yang cukup tersohor tersebut.

Menurut cerita yang beredar, sejak awal Sunan Bonang sudah menampik ajakan Bracak Ngilo untuk mengadu ayam. Namun, desakan Bracak Ngilo yang ingin menguji kesaktian Sunan Bonang menyebabkan beliau meladeni tantangan tersebut. Adu ayam itu dilaksanakan di sebuah puncak bukit.

Bracak Ngilo dengan kesaktiannya menciptakan ayam dari potongan kuku. Sunan Bonang pun menciptakan ayam jantan dari potongan kayu. Dalam pertarungan tersebut taruhan yang dipakai adalah kepercayaan atau agama masing-masing. Namun demikian, Sunan Bonang juga mempertaruhkan seluruh harta bendanya.

Pertarungan ayam jelmaan milik dua tokoh sakti itu berlangsung sangat seru. Setelah sekian lama beradu, akhirnya ayam Bracak Ngilo dapat dikalahkan. Merasa ayamnya kalah, Bracak Ngilo segera melarikan diri. Dengan kesaktiannya yang luar biasa ia dapat mengubah dirinya dan bersembunyi dibalik nasi yang ada di dalam warung.

Meski demikian, Sunan Bonang dapat mengejar Bracak Ngilo. Malah, di warung itu Bracak Ngilo sempat terkencing-kencing setelah mengetahui Sunan  Bonang mengejarnya sampai di tempat persembunyian. Melihat musuhnya terkencing-kencing, lantas daerah tersebut diberi nama Sunan Bonang dengan sebutan Tuyuhan (berasal dari kata uyuh yang berarti kencing).

Sampai saat ini penduduk meyakini bila di lapangan Adon Ayam tersebut terdapat harta karun peninggalan Sunan Bonang. Paling tidak, ada sebuah bokor emas yang saat ini dikuasi oleh para jin. Kabarnya, bokor itu dipakai oleh Sunan untuk mengambil air ke belik yang akan dipergunakan untuk memandikan ayam aduannya.

Selain adanya harta karun, tempat tersebut juga diyakini sebagai tempat meramal nasib seseorang. Konon, siapapun yang bisa naik ke tempat ini dan pulang tanpa tersesat maka mereka akan dinaikkan derajatnya atau naik pangkat.

 

Benarkah demikian?? Percaya boleh, gak percaya juga gak apa-apa. Yang jelas warga sekitar meyakini bahwa cerita yang ia dengar dari para leluhurnya secara turun temurun tersebut benar adanya. Lantas dimanakah harta karun tersebut?

 

Menurut seorang sumber, harta tersebut masih utuh di perut bumi. Hanya saja, harta itu sudah menjadi singgasana para bangsa dedemit sehingga sulit dideteksi dengan indra biasa. Hanya orang-orang linuwih yang dapat melihat benda berharga di lapangan Adon Ayam tersebut. Untuk mengeksplorasinya, menurut sumber tersebut tidaklah gampang. Diperlukan ritual khusus dengan persyaratan dan ubo rampe yang teramat berat.

 

Karenanya, hingga saat ini tak pernah ada orang pintar atau pemburu harta karun yang mencoba menguasainya. Konon, harta karun tersebut saat ini telah menjadi kerajaan demit di sekitar kawasan tersebut. Meski demikian, bangsa lelmbut tersebut tak akan berani mengusik warga sepanjang keberadaannya tak terusik. Benarkah? Wallohu a’lam. (Rom)

Comments

Popular posts from this blog

Sayyid Hamzah as-Syato, Penyebar Islam di Sedan

Segarnya Siwalan dan Legen Sulang

Jual Mukena Shalat Berkualitas