Pojok Misteri; Menyibak Tabir Pelet Jaran Goyang

“Cinta ditolak, dukun bertindak”, begitulah jargon yang akrab terdengar di telinga kita. Apakah jargon itu masih berlaku di era dunia tanpa batas seperti saat ini? Dan apakah cinta sejati yang tak dapat dimiliki benar akan dikejar dan dibawa mati?

Anda pasti pernah mendengar pelet jaran goyang. Yup! Sebuah mantra yang ketika diucapkan akan menimbulkan efek yang luar biasa bagi pengucap maupun bagi seseorang yang diinginkan.

Konon, mantra jaran goyang dapat menimbulkan efek hilangnya akal sehat, baik bagi pengucap maupun si target. Mantra ini sangat terkenal, khususnya bagi sebagian masyarakat Jawa. Balas dendam karena cinta yang tertolak dan persekutuan dengan setan adalah skenario utama terciptanya mantra ini. Namun bagaimana mantra ini dapat tercipta?

Menurut seorang nara sumber yang identitasnya minta disembunyikan, mantra pelet jaran goyang bermula dari kisah si tukang kebun dengan puteri cantik putra penguasa pada zaman penjajahan Belanda di Jawa.

Alkisah, konon kabarnya ada seorang tukang rumput yang bekerja di rumah salah satu penguasa daerah di Jawa pada masa penjajahan Belanda. Tukang rumput tersebut  adalah orang miskin yang rajin bekerja dan tidak pernah melakukan kejahatan apapun.

Hingga suatu saat ia jatuh cinta pada puteri penguasa daerah tersebut. Dia berusaha menahan rasa cinta itu karena dia pikir cinta yang dirasa adalah sia-sia. Dia sangat menyadari siapa dia dan siapa orang yang dicintainya tersebut. Dia hanya melihat pujaan hatinya dari jauh dan mengkhayalkan ketika malam menjelang.

Suatu hari, saat dia tak lagi kuat menahan rasa cinta yang kian lama kian membara, akhirnya dia mengungkapkan perasaannya pada sang puteri. Sang puteri begitu terkejut dan sama sekali tidak menyangka tukang rumput yang selama ini dianggap rendah ternyata mengungkapkan cinta. Sang puteri marah besar dan dalam amarahnya, puteri itu mengumpat dan meludahi si tukang kebun.

Respon puteri yang berlebihan dan sama sekali tidak diduga oleh si tukang kebun, membakar amarah dan dendam tukang kebun. Dia mengambil ludah sang puteri yang terlanjur jatuh ke tanah dan pikirannya yang telah dipengaruhi setan mengatakan bahwa dia harus membalas dendam atas semua perlakuan sang puteri padanya.

Kemarahan itu membuat tukang kebun berpuasa selama 40 hari. Dan tepat dihari ke-40 dengan bantuan setan, dia berhasil menciptakan mantra pelet jaran goyang. Sebuah mantra yang tercipta dari dendam, nafsu, dan amarah.

Keesokan harinya, tukang kebun itu menemui sang puteri dan membacakan mantra tersebut. Sang puteri langsung jatuh pingsan dan ketika tersadar, sang puteri berteriak-teriak histeris mencari tukang kebun tersebut. Sang puteri memohon-mohom untuk dinikahi. Namun, si tukang kebun terlanjur kesetanan, maka, seluruh perbuatan yang pernah dilakukan oleh sang puteri kini dibalas oleh tukang kebun.

Tak lama waktu berselang, akhirnya si tukang kebun meninggal dunia. Sang puteri tetap berada dalam kegilaannya yang tak kunjung terobati dan tak lama setelah si tukang kebun meninggal, sang puteri pun menyusul. Mereka dikebumikan berdampingan hingga saat ini.

Di penghujung nafas terakhirnya, si tukang kebun berpesan, bahwa siapa saja yang menggunakan mantra ini dengan tujuan untuk membalas dendam karena cinta yang tak tergapai, maka si pengguna akan bernasip sama seperti dirinya dan sang puteri, yaitu gila hingga mati.

Sampai saat ini mantra tersebut masih dimiliki dan dipelajari oleh kalangan tertentu. Siapa pun yang menggunakan mantra ciptaan tukang kebun tersebut, tentu dia telah bersekutu dengan setan. Bukan kebahagiaan yang akan diperoleh, tetapi sengsara seumur hidup hingga dibawa ke alam kubur. Naudzu billahi mindzalik. (Rom)

 

Comments

Popular posts from this blog

Sayyid Hamzah as-Syato, Penyebar Islam di Sedan

Segarnya Siwalan dan Legen Sulang

Jual Mukena Shalat Berkualitas