Dampo Awang Ditahan Imbang PSBI Blitar

Upaya Laskar dampo Awang untuk mengamankan poin absolut di kandang sendiri, gagal sudah. Menjamu tamunya, PSBI Blitar, di Stadion Krida Rembang, Selasa(12/1) silam, Bako Tassiou dkk hanya mampu bermain imbang tanpa gol.

Meski mampu mendikte permainan, namun Laskar Dampo Awang gagal menciptakan gol. Beberapa peluang emas, gagal dimanfaatkan barisan penyerang PSIR.

Solidnya blokade pertahanan anak-anak Blitar yang dikawal Dedi Rukmana, Andi Setiono dan Zaenul Arifin, membuat stres pemain tuan rumah. Beberapa kali, Trio pertahanan PSBI mampu menghalau serangan sporadis yang yang dilancarkan anak-anak Rembang.

Sebenarnya, Laskar Dampo Awang berpeluang besar memenangi pertandingan setelah wasit Nordin pada menit 61 menghadiahi tendangan pinalti kepada PSIR. Pinalti bermula ketika Andi Setiono, pemain bertahan PSBI secara tak sengaja tangannya menyentuh si kulit bundar di di kotak terlarang.

Sepertinya Dewi Fortuna masih berpihak pada PSBI. Eksekusi pinalti yang dilakukan kapten kesebelasan PSIR, Baco Tassiou tak mampu menembus jaring gawang Arif Musyafak. Tendangan Baco membentur tiang gawang Arif Musyafak dan selanjutnya bola menggelinding ke luar lapangan setelah sebelumnya juga sempat memantul mengenai punggung sang kiper.

Hingga peluit panjang ditiup Wasit Nordin, kedudukan imbang tanpa gol untuk kedua kesebelasan tetap terjaga.

Asisten manajer PSBI, Drs Totok kepada SR mengaku puas dengan hasil yang diperoleh timnya. Menurutnya, hasil imbang untuk laga tandang merupakan hasil yang cukup bagus.

“Anak-anak telak melakukan yang terbaik. Saya bangga dengan perjuangan mereka. Soal kepemimpinan wasit, permainan ke dua tim, saya tak mau komentar. Anda semua melihatnya. Yang jelas ini hasil sesuai yang kita targetkan,” cetus Totok.

Sementara itu, kubu PSIR mengaku dapat menerima kenyatan tersebut. “Target kita menang. Tapi apa daya, kenyataanya seperti ini,” ungkap H Maliki Nurudin, manajer PSIR singkat.

Menurut Edy Simon Badawi, arsitek PSIR, kegagalan timnya memenangi pertandingan lebih disebabkan karena faktor  mental. “Mereka bermain kurang lepas. Anda lihat sendiri, anak-anak sering melakukan kesalahan sendiri yang seharusnya tak perlu terjadi. Mereka grogi dengan ribuan pendukung yang semuanya mengharapkan sebuah kemenangan,” ungkapnya. (Rom)

Comments

Popular posts from this blog

Sayyid Hamzah as-Syato, Penyebar Islam di Sedan

Segarnya Siwalan dan Legen Sulang

Jual Mukena Shalat Berkualitas