Musim Patiwolo, Petani Legen Kelimpungan
Musim hujan yang mulai datang, membuat pedagang legen kelimpungan. Pasalnya produksi air nira atau legen yang berasal dari deresan tangkai bunga pohon lontar atau bogor, produksinya menurun drastis.
Jika musim kemarau dalam sehari semalam satu pohon bogor mampu menghasilkan air legen sedikitnya 10 liter, kini rata-rata hanya mampu memproduksi 2 liter. Rasa dan aromanya pun tidak senikmat legen musim kemarau.
Hal tersebut diungkapkan, Sholeh (45), petani bogor asal Desa Jatimudo, Kecamatan Sulang. Datangnya musim hujan dipastikan mengakibatkan menurunnya jumlah produksi legen. Sehingga pendapatan para petani dan pedagang legen pun dipastikan juga mengalami penurunan drastis karena minimnya stok.
"Kalau sekarang ada legen yang dijual di pingir-pinggir jalan biasanya rasa maupun aromanya tidak khas seperti saat musim kemarau. Ini karena pengaruh air hujan. Lagian kalau musim hujan sudah memasuki musim patiwolo," katanya.
Menurut informasi dari para petani penderes legen, jika musim hujan datang, biasanya legen yang dijual tak lagi murni. Umumnya legen yang dijual sudah diberi campuran air dan bahan-bahan lain termasuk tambahan aroma buaatan yang berasal dari rebusan daun lontar dan daun-daunan lain agar aromanya tetap khas.
Itu dilakukan untuk menjaga agar legen masih tetap tersedia di tengah musim penghujan.
Menurut Harun (31), penggemar legen asal Tanjungsari, kecamatan Kota, sudah biasa jika musim hujan legen yang biasa dikonsumsinya mengalami perubahan rasa. Namun, karena sudah terbiasa minum legen, meskipun rasa dan aromanya kurang jos tetap saja dikonsumsi penggemarnya.
Comments
Post a Comment